“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (Q.S. Al-Baqarah: 164)
Dalam firman Allah SWT di atas sudah jelas bahwa air adalah salah satu unsur paling penting bagi kehidupan di dunia.Tanpa air, bumi ini akan tandus, kering kerontang. Pepohonan, hewan, dan manusia tak mungkin hidup.
Dalam kehidupan ini, semua orang membutuhkan air.Bukan sekadar untuk tetap bertahan hidup, melainkan juga untuk membuat pekerjaan lancar. Petani, misalnya, membutuhkan air supaya tumbuhan yang ditanam bisa hidup dan dipanen di kemudian hari.
Air tidak hanya dibutuhkan mereka yang bekerja. Para pelajar -terutama santri- juga menempatkan air sebagai sebuah materi yang tak bisa dipisahkan dalam kegiatan mereka sehari-hari; ia digunakan untuk bersuci (wudu) sebelum melaksanakan salat atau mengaji (kecuali dalam keadaan darurat).
Dewasa ini, banyak madrasah di nusantara yang memiliki program salat duha dan zuhur di madrasah. Ini tentu menjadi kabar baik karena generasi muslim dididik sejak dini untuk disiplin mengamalkan apa yang wajib dan sunnah. Namun sayang, di beberapa daerah suplai air tak selalu tercukupi. Apalagi, dengan adanya global warming, musim jadi tak menentu. Dalam situasi yang seperti ini, air adalah suatu hal yang mutlak tersedia untuk berjalannya program tersebut. Tanpa air, para murid takkan bisa melaksanakan salat. Tentu kita tak menginginkan program yang baik itu terlaksana hanya di saat musim hujan.
Supaya program salat duha dan zuhur masih bisa berjalan saat musim kemarau, kita harus memanfaatkan air sebaik mungkin saat air berlimpah. Cara-cara alternatif juga harus ditempuh. Mulai dari mencari sumber air, membuat penampungan air, dan tentu, mengajarkan kepada setiap siswa untuk menjaga lingkungan sebagai salah satu wujud berperilaku yang islami.
Usaha-usaha tersebut harus kita lakukan jika tidak ingin program mati, atau lebih lucu berkahir dengan pertanyaan: Kalau kita tetap memaksa melaksanakan salat duha dan zuhur dengan keadaan air yang kurang seperti ini, memang kita mau tayamum berjamaah?
(TimRed.At-Tatsqif/Januari2018/Halaman1)