MENGUAK SEKILAS FIGUR
Kyai Suparman, S.Pd.I
Pada Majalah edisi ke-2, Tim Redaksi At-Tatsqif MTs Salafiyah mengungkap sekilas figur yang dapat dijadikan sosok inspiratif santri Salafiyah. Ia adalah Kyai Suparman, S.Pd.I., biasa dipanggil dengan sapaan Bapak Parman. Dilahirkan di kota Jepara pada tanggal 1 Juni tahun 1957. Ayahnya bernama Bapak Pasiran dan Ibunya bernama Ibu Sunijah. Ia mengabdikan diri di Yayasan Salafiyah Kajen sejak tahun 1978 hingga saat ini. Pelajaran yang diajarkan kepada siswa-siswi Salafiyah meliputi Fiqih Syri’ah, Fiqih Taqrib, dan juga praktik ibadah.
Pak Parman menempuh pendidikan pertamanya di Sekolah Rakyat Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan Aliyah di satu yayasan yaitu Perguruan Islam Mathali’ul Falah (PIM) hingga lulus. Setelah lulus itulah, ia langsung mengambidak diri di Salafiyah.
Di usia tua, Pak Parman masih melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi UNWAHAS yang sering disebut Universitas Wahid Hasyim, dan baru mendapatkan gelar S1 lebih kurang empat taun yang lalu. Perguruan Tinggi ini berada di Semarang. Sungguh luar biasa bukan semangat belajarnya?
Sosok seorang perempuan yang setia menemani Pak Parman sampai saat ini adalah Ibu Muntiana, yang beralamat di Desa Guyangan, Kecamatan Trangkil, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Pada saat Pak Parman meminang Ibu Muntiana, ketika itu Pak Parman berumur 31 tahun dan Ibu Muntiana baru berumur 16 tahun. Meskipun begitu, mereka tetap menjalani kehidupan yang harmonis, dan tidak mempermasalahkan perbedaan umur yang begitu signifikan. Pada saat itu, Pak Parman tidak hanya mengajar di Yayasan Salafiyah. Namun, ia memiliki usaha sampingan yaitu berjualan kain dan kasur di sekitar Desa Bulumanis.
Ciri khas Pak Parman dalam mengajarkan materi kepada siswa-siswi Salafiyah adalah dengan menggunakan metode ceramah dan praktek ibadah. Satu yang tak tertinggalkan yaitu kalimat-kalimat indah yang disampaikan Pak Parman kepada para santri atau pesan sedikit untuk mereka adalah agar menatap masa depan dengan lebih kreatif, tidak bergantung pada orang lain, dan usaha dengan cara mandiri tanpa mengesampingkan ibadah, terutama ibadah shalat lima waktu. Terakhir, jangan lupa bertemanlah dengan orang-orang yang rajin, terutama dalam mencari ilmu yang manfaat untuk menatap masa depan yang lebih cerah dan yang lebih baik.
Itulah sekelumit kisah tentang sosok yang sangat bijaksana yaitu, Kyai Suparman, S. Pd. I.
Semoga bermanfaat!!!
Biografi ini ditulis oleh Tim Redaksi At-Tatsqif tahun 2015
Diterbitkan di Majalah At-Tatsqif edisi Ke II