Situs Resmi Yayasan Salafiyah Kajen

– Biografi Kyai –

GENEALOGI KEILMUAN KIAI CERDAS DALAM BINGKAI BIOGRAFI KIAI AS’AD SAID ALI

Oleh: Imroatul Musfiroh

Kiai As’ad Said Ali adalah sosok kiai modern dan kharismatik juga memiliki banyak pengalaman dalam beberapa bidang dan salah satu tokoh yang sangat berpengaruh khususnya dalam kalangan NU, meskipun jika dilihat dari sepak terjangnya beliau yang sekarang sangat jauh dengan dunia pesantren akan tetapi sebenarnya beliau sangat dekat dengan dunia pesantren, karena latar belakang keluarganya yang religius yaitu dari kalangan NU. Maka dari itu sosok Kiai As’ad Said Ali sangat menarik untuk dikaji dalam penulisan ini.

Riwayat Hidup Kiai As’ad Said Ali

Dari hasil wawancara dengan Kiai Mohammad Ulil Albab, S.Ag, M.Si, sebagai salah satu keponakan dari KH As’ad Said Ali, KH. As’ad Said Ali lahir di Kudus pada tanggal 3 Mei 1949 dari pasangan H. Said ali dan Hj. Asyrofah sebagai anak tunggal.

Beliau menikah dengan Dra. Endang Sri Alina dan dikaruniai empat orang anak yaitu Zaqi Ismail, Filsafah F Wulandari,  Alex Yordanto  dan Ahmad Damasanto.

  • Riwayat Pendidikan

Beliau mengawali pendidikannya di Madrasah Ibdtidaiyah (SD) Al Ma’arif pada tahun 1956-1962 dan melanjutkan SMP di Kudus pada 1962-1965. Setelah itu beliau meneruskan pendidikan SMA-nya juga di Kudus selama 3 tahun, yaitu 1965-1968.  Lalu beliau meneruskan kuliah di Universitas Gajah Mada (UGM) fakultas Sospol Hubungan International (FISIPOL) Yogyakarta pada tahun 1968-1974. Pada saat beliau menjadi mahasiswa, beliau juga mondok di  Pesantren Al-Munawwar Krapyak Yogyakarta selama 5 tahun dalam asuhan KH Ali Ma’shum  yaitu sekitar tahun 1969-1974. Setelah itu, Kiai As’ad Said Ali menempuh pendidikannya di LIPIA pada tahun 1979-1780. Latar belakang pengalaman dan intelektual itu membuat dia meraih gelar doktor honoris causa dari Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, Semarang.

  • Pengalaman Organisasi

Saat beliau duduk di bangku SMA beliau sangat aktif mengikuti organisasi yang berhungan dengan NU, salah satunya yaitu IPNU (Ikatan Pelajar Nahdlotul Ulama) dan juga GP Ansor bersama para pemuda kudus. Selain itu organisasi kemahasiswaan seperti PMII dan HMI juga pernah beliau ikuti. Menjadi ketua seksi ilmiah dalam Korps Mahasiswa Hubungan International juga pernah ia jalani. Dari serangkaian aktivitas kemahasiswaan itu yang tentunya membuat beliau semakin berwawasan dan memahami mengapa islam menekankan sikap tasawuth-i’tidal, tawazun dan tasamuh.

Pada tahun 2010-2015 beliau menjabat sebagai Wakil Ketua Umum PBNU, keberadaan beliau di organisasi ini menjadi tempat untuk menularkan ilmu-ilmu dan pengalamannya tentang bela negara dan cinta tanah air dengan mengadakan seminar dan diskusi ilmiah, serta menjalin hubungan silaturahmi dengan para ulama negara Timur Tengah.

  • Pengalaman Pekerjaan

Pada saat ini KH. As’ad Said Ali merupakan salah satu Pengasuh dan Pengurus Pesantren Salafiyah Kajen Pati, pesantren yang santrinya lebih dari 2000 orang. Di Kajen-Pati, beliau menjabat sebagai Ketua Yayasan Salafiyah, banyak sekali kiprah beliau di yayasan yang beliau kelola. Salah satunya yaitu beliau berusaha meningkatkan sumber daya manusia para siswa-siswi madrasah agar bisa menduduki bangku kuliah di luar negeri sehingga mereka mampu bersaing di dunia nasional maupun internasional. Karena beliau beranggapan bahwa kualitas siswa-siswi yang baik akan memberikan banyak generasi muda yang bisa dibanggakan. Selain itu, beliau juga meninggkatkan SDM para pengajar  agar kompeten sehingga mampu memberikan pehaman yang baik kepada siswa.

Pada tahun 1975 beliau memulai karirnya sebagai anggota BIN (Badan Inteligen Negara), beliau menjabat sebagai Kasi (kepala seksi) selama 2 tahun, sebelumya dalam kurun 7 tahun beliau sudah ditugaskan ke beberapa negara seperti Amerika, Afrika, dan Asia lebih dari 50 negara, antara lain Arab Saudi, Syria, Lebanon, Negara-negara Asean, Jepang, Korsel, AS, Australia, Austria, Nedherland, India dll. Hal ini yang membuat beliau memiliki banyak pengalaman. Karena keintelektualitasnya itulah setelah lulus dari UGM beliau diminta oleh tokoh NU Subhan ZE untuk berkiprah di Badan Koordinasi Intelejen Negara (BAKIN). Berbekal ilmu hubungan internasional dan pesantren. Awalnya beliau ditunjuk untuk menjadi Kasi (Kepala Seksi) di BIN pada tahun 1990-1992. Selain itu menjadi Kasubdit BIN juga pernah beliau tekuni selama 3 tahun yaitu pada tahun 1992-1995. Dan pada tahun selanjutnya sampai pada tahun 1999 beliau pernah menjadi direktur BIN , disusul dengan itu selama satu tahun beliau menjabat sebagai Deputi sampai tahun 2001, sedangkan beliau menjabat sebagai Wakil Kepala BIN mulai tahun 2001-2010 pada saat pemerintahan presiden ke-4 RI Abdurahman Wahid.

  • Penghargaan dan Prestasi

Beliau menuai banyak prestasi di dalam kepengurusan BIN, salah satunya yaitu mendapatkan penghargaan Satya Lencana Karya Satya, yaitu penghargaan yang diberikan kepada pegawai negeri sipil yang telah berbakti selama 10, 20, atau 30 tahun secara berturut-turut dengan menunjukkan kecakapan, kedisiplinan, kesetian dan pengabdian sehingga dapat dijadikan teladan bagi setiap pegawai lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa kiai As’ad Said Ali memang sosok yang cerdas dan bertanggungjawab.

  • Karya Kiai As’ad Said Ali

Buku:

  1. Negara Pancasila: Jalan Kemaslahatan Berbangsa, Jakarta: LP3ES, 2009
  2. Pergolakan di Jantung Tradisi: NU yang Saya Amati, Jakarta: LP3ES, 2008
  3. Ideologi Pasca Reformasi, Jakarta: LP3ES, 2010

Artikel dan Makalah:

  1. Fenomena Terorisme Di Indonesia Dan Penanggulangannya Dewasa Ini, disampaikan pada berbagai forum pada tahun 2004-2005
  2. The Islamic Radicalism and Terorism In Indonesia: A Prospect, disampaikanpadabilateral seminar di Singapura, 2005
  3. Counter Radicalism in Indonesiam, disampaikan pada pertemuan internasionalnegara-negara Islam di Jakarta, November 2006
  4. Perkembangan Gerakan Ekstrim Di Indonesia, disampaikan pada pertemuan terbatas 2006
  5. Global and Homegrown dimentions of Terror, disampaikan pada pertemuan bilateral discussion di Singapura, April 2007
  6. Gerakan Islam Transnasional dan Pengaruhnya di Indonesia, disampaikan pada Musyawarah Syuriah NU, 2007
  7. The Future of International Terrorism, disampaikan pada bilateral seminar di Australia 2007
  8. Jejaring Terorisme Internasional: Belajar dari Kasus Indonesia, disampaikan pada bilateral Seminar di Australia) 2007
  9. JI Post Azhari: Implication for Indonesia and The Region, disampaikanpadabilateral seminar di Singapura, 2008
  10. Joint Effort Agains Religious Radicalization, disampaikan pada pertemuan Asean di Vietnam 2008
  11. Peta Jaringan Dan Gerakan Syari’ah, disampakan pada diskusi terbatas 2008
  12. Perkembangan Terakhir Anatomi Jama’ah Islamiyah, disampaikan pada pertemuan terbatas 2008
  13. Radikalisme Agama di Indonesia, disampaikan pada pertemuan terbatas, 2009
  14. Gerakan-gerakan Sosial Politik Dalam Tinjauan Ideologis Yang Berkembag Saat Ini Di Indonesia, disampaikan pada diskusi terbatas 2005
  15. Pancasila Di Tengah Pertarungan Ideologi Dunia, disampaikan pada pertemuan Dewan Dakwah Golkar, 2006
  16. Menghidupkan Kembali Semangat Republik Dalam Proses Demokratisasi, disampaikan pada ’studium general’ mahasiswa STIN Sentul, 2007
  17. Perkembangan Situasi Internasional Dan Nasional (Perspektif Ideologi Dan Ancaman), disampaikandiskusi terbatas 2006
  18. Perkembangan Mutakhir Gerakan Kiri di Indonesia. disampaikan pada pertemuan terbatas 2008
  19. Pancasila Di tengah Pertarungan Ideologi Dunia (Jurnal kontra Intelijen, Bulletin Mata Air dan Gusmus.net)
  20. Pancasila dan Demokrasi Kita (Jurnal Kontra Intelijen, edisi 15)
  21. Penyegaran Pemahaman Terhadap Pancasila (Harian Umum Pelita, Jurnal Kontra Intelijen, edisi 20)
  22. Diskursus Tentang Pancasila: Ideologi Negara Versus Ideologi Partai (Jurnal Indonesia),
  23. Menghidupkan kembali Semangat Republik dalam Proses Demokratisasi (Jurnal Kontra Terorisme edisi25)
  24. Memahami Pancasila, disampaikan pada diskusi terbatas MPRI RI, 11-11-2009
  25. Nasionalisme dan Kewargaan, disampaikan pada sarasehan memperingati hari Kebangkitan nasional dan hari lahir Pancasila di UGM, 7-5-2010
  26. Negara Kesatuan dan Pemerintahan Republik, (disampaikan pada pengkaderan politik di Soksi, 18-5-2010)
  27. Pancasila dan Demokrasi Kita, (Suara Pembaharuan, 1 Juni 2010)
  28. Perkembangan Ancaman Bagi Nahdlatul ulama, disampaikan pada pertemuan pimpinan pusat PBNU, 2006
  29. Pengaruh Gerakan Islam Internasional Terhadap Eksistensi Jam’iyah Dan Jama’ah Nahdlatul Ulama (disampaikan dalam pertemuan PBNU dan banom-banom NU, 2006)
  30. Ancaman Terhadap NU (Islam Moderat), di sampaikan pada pertemuan PP Muhammadiyah, 2007
  31. Ancaman Terhadap NU, disampaikan pada pertemuan ulama se Jatim di Pesantren AL Hikam Malang
  32. Manhaj al-Fikr NU: Antara Yang Ada dan Yang Seharusnya Ada (disampaikan pada Pertemuan NU, 2006)
  33. Dialog Islam dan Negara: Spirit Keagamaan dalam Politik (disampaikan dalam Seminar Islam dan Negara di PBNU, 2007)
  34. Syafi’i Maarif Melawan Radikalisme Agama (Pengantar Buku autobiografi Syafi’i Ma’arif)
  35. [bukan] nya seorang Gus Dur (Pengantar Buku Gus Dur Bertutur, 2006)
  36. Strategi dan Positioning Ulama, disampaikan pada pertemuan ulama se-Jawa Tengah di Brebes, Maret 2008
  37. NU yang Kita Miliki, 14-1-2010
  38. Ormas Keagamaan dan Politik Kebangsaan NU, (Duta Masyarakat, 13-3-2010)
  39. Kebebasan dan Paradigma Peran Keormasan NU, (Duta Masyarakat, 23-3-2010)

 

Genealogi Keilmuan DR. HC. KH. As’ad Said Ali

Jika kita lihat sepintas salama  ini sepak terjang, KH. As’ad Said Ali  jauh dari dunia pesantren. Namun jika mengenalnya lebih dalam akan kita dapati betapa kehidupannya selama ini tidak lepas dari dunia pesantren. Seperti telah disampaikan di atas bahwa saat ini KH. As’ad Said Ali merupakan salah satu Pengasuh dan Pengurus Pesantren Salafiyah Kajen Pati

Berdasarkan wawancara dengan DR. Zainul Milal Bizawi, M.Si, yang selama ini mendampingi beliau, KH. As’ad Said Ali selama ini dikenal sebagai seorang pakar intelijen Indonesia. Inspirator menjadi seorang intelejen lahir dari peran Walisongo yang kala itu memiliki tugas dalam bidang intelijen di era kerajaan Demak. Beliau meneruskan perjuangan Sunan Muria (Raden Sahid), salah satu anggota walisongo putra Sunan Kalijogo dan menantu Sunan Kudus, Sunan Kalijogo saat itu menjalankan fungsi intelijen dalam kerajaan demak dan diteruskan oleh putranya, Sunan Muria. Karenanya, sejak kecil KH. As’ad selalu diajak oleh ayahnya, Kiai Said untuk berziarah ke Sunan Muria serta para penerusnya. Ayahnya meneruskan tradisi kakeknya yang cukup dekat dengan ulama-ulama NU saat itu dan senantiasa mendukung perjuangannya di Kudus dan sekitarnya seperti KH Raden Asnawi (salah satu pendiri NU). Bersama saudaranya KH. Baidlowi Siroj, pengasuh Pesantren Wetan Banon Kajen Pati, ayahnya cukup dekat dengan KH Abdullah Salam Kajen, KH. Arwani Kudus, KH Ali Ma’shum, dan kiai-kiai lainnya terutama di daerah Pantura Jawa Tengah.

Kedekatan ayahnya dengan pesantren-pesantren di Kajen Pati, dapat dilihat dari seringnya KH. As’ad Said Ali sejak kecil diajak oleh ayahnya berziarah kepada leluhurnya, yaitu Syekh Ronggokusumo, salah satu santri kesayangan Syekh Mutamakkin Kajen. Syekh Ronggokusumo adalah Pangeran Cendono keturunan kelima Sunan Muria yang pernah menjadi panglima perang ketika terjadi peristiwa Geger Pecinan di daerah Semarang dan sekitarnya. Sehingga tidak heran jika tempaan awal KH. As’ad bersemi dalam jalur darah dan jaringan keilmuan Syekh Mutamakkin. Karenanya, KH. As’ad cukup dekat dan takdzim kepada KH Sahal Mahfudh yang dianggap gurunya karena meneruskan tradisi ayahnya yang cukup dekat dengan Kiai-kiai di Kajen, Lasem dan sekitarnya.

Menyimak dari jalur kekeluargaan dan tempaan keilmuan tersebut, tidaklah heran jika kemudian KH. As’ad Said Ali dipondokkan oleh ayahnya di Pesantren Krapyak Yogyakarta pimpinan KH Ali Ma’shum sebagaimana yang telah disampaikan sebelumnya. Ayahnya dan pamannya cukup dekat dengan KH Ali Ma’shum. Nampaknya ayahnya cukup mengerti tantangan yang akan dihadapi di kemudian hari yang tidak hanya dibutuhkan kemampuan dalam bidang agama. Dengan berbekal saran-saran dari para Kiai, ayahnya mengirim KH. As’ad untuk belajar di Universitas Gajah Mada, namun tetap memondokkan KH. As’ad di Pesantren Krapyak.

Tali silaturahmi dengan keluarga Pesantren Krapyak tersebut terjalin hingga saat ini. Sebagai santri Pesantren Krapyak, KH. As’ad pernah menyaksikan ketika pada tahun 1969, suatu pertemuan di Gedung Sasono Budoyo di selatan Gedung Agung, Kyai Ali Maksum, menjelaskan, ketika Indonesia sedang mencari bentuk dari zaman Bung Karno menjadi zaman baru, akan pentingnnya ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathaniyah, dan ukhuwah insaniyah. Kiai Ali Maksum menyampaikan itu dan bukan di kalangan NU tapi di kalangan, sebagian besar orang-orang yang tidak mengenal NU atau tidak tahu benar mengenai Nahdlatul Ulama. Inilah suatu fondasi yang besar, yang kalau didalami lebih lanjut maka ajaran itu tawasuth tasamuh tawazun.Sejak saat itulah, KH. As’ad Said Ali meyakini bahwa tiga prinsip persaudaraan yang menjadi perekat Indonesia sehingga Indonesia akan tetap jaya.

Dari sinilah, KH. As’ad tumbuh menjadi pribadi yang progresif dan berkumpul dengan para pemikir pembaharu Islam di Indonesia. Sejak aktif di IPNU pada tahun 1965, kiprahnya telah menempa dirinya sebagai nahdliyin. Kemudian pada tahun 1966 dia aktif di Ansor serta PMII Yogayakarta. Meskipun nantinya KH. As’ad tidak aktif secara structural di NU, namun kiprahnya dan perjuangannya untuk NU tidak bernah berhenti. Sejak aktif di lembaga intelijen, dia terus menjalin komunikasi dengan taman-teman seperjuangannya, bahkan ketika beliau bertugas di Timur Tengah justru senantiasa bersinergis  dengan Gus Dur dalam membangun jamíyah NU yang kuat dan berwibawa. Ketika KH. As’ad menjadi Wakil Kepala BIN, kiprah dan kontribusinya untuk NU dan pesantren tidak pernah terhenti karena beliau meyakini, bahwa semua jalan yang dilalui adalah ibadah serta NU dan pesantren adalah amanah leluhurnya yang harus terus dijaga dan diperjuangkan dimanapun dan kondisi apapun. Pada tahun 2010 hingga 2015 beliau menjabat sebagai wakil Ketua Umum PBNU, menurutnya, memimpin NU adalah amanah, dan akan dijalankan dengan ikhlas dengan bimbingan, tadzim dan doa dari semua ulama. Sejak kecil dia sudah ditempa di Pesantren, karena beliau tidak pernah melupakan pesantren sampai kapanpun. Kalau pesantren sedang sedih, dia ikut sedih, sedang prihatin dia ikut prihatin. Keprihatinan, kesedihan, cit-cita, ide dan harapan serta sumbangsih pemikiran beliau aplikasikan tidak hanya dalam organisasi namun juga lewat karya-karya tulisnya. Beliau tidak akan lepaskan tanggungjawab untuk menjaga pesantren dan jam’iyah NU.

 

Info :

Ditulis oleh Imroatul Musfiroh, sering dipanggil Iim,  ketika masih duduk kelas XII di MA Salafiyah Kajen dan meraih juara I Lomba Menulis Biografi Kiai Tingkat Pelajar dan Santri Se-Jawa Tengah dalam rangka 1000 hari Kiai Sahal beberapa tahun lalu. Sekarang telah tercatat sebagai mahasiswi Sastra Indonesia di Universitas Negeri Semarang (UNNES)

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *