Memaknai (hari) Kasih Sayang
Setiap langkah kita adalah wujud kasih sayang Tuhan kepada makhluknya. Setiap hari, tangan bergerak dan seluruh anggota tubuh dapat bekerja itu tidak lain dari nikmat Allah yang tiada tara. Maka untuk mendeskripsi itu, tidak cukup hanya dirayakan dengan sehari yang terdiri atas 24 jam saja 14 Februari. Bukan juga tentang bersyukur kemudian seterusnya lupa dengan pemberian itu. Ia hadir di setiap aktivitas manusia yang tiada hentinya, kecuali jika kematian telah menghampiri.
Kita harus kembali ke titah manusia sebagai makhluk yang diciptakan untuk beribadah. Saya teringat pengajian yang dibawakan salah satu kyai kampung dulu, bahwa dalam surat al-fatikhah terdapat lafadz basmalah. Ia mengandung banyak makna yaitu sebuah ringkasan dari isi keseluruhan Al-Quran. Di sana terdapat penjelasan asma Allah yang maha pengasih dan penyayang. Itu berarti bukan ke siapa dan hitungan hari saja–melainkan itu kepada semua mahluk. Tidak pilih kasih satu dan lainnya. Dalam jangka yang panjang, dan bukan hanya sebatas satu hari seperti hari valentine yang jatuh di hari ini 14 Februari 2019. Kasih sayang macam apa yang seperti itu?
Berikut rangkuman beberapa tanggapan mengenai hari kasih sayang itu.
1. Budaya/Adat
Valentine merupakan budaya/adat suatu daerah yang memiliki nilai sejarahnya tersendiri. Seperti adat budaya jawa satu sura. Kita harus menghormati siapapun yang menjunjung tinggi hal itu. Demikian itu juga harus kita hormati pada siapapun yang meyakini hari valentine itu. (Siwi Agustina, pegiat teater dan penulis naskah Kudus)
2. Menghormati Keputusan
Naif jika kita menganggap hari untuk mencurahkan kasih sayang adalah Hari Valentine—sebagaimana kita menganggap hari untuk mengungkapkan segala hormat kepada ibu hanya terjadi pada Hari Ibu. Tetapi begitulah kita; kita senang dengan hal-hal seremonial, yang diadakan tidak setiap hari, sebagai suatu simbol yang katanya mewakili apa-apa di keseharian. Pada akhirnya, entah kita memutuskan merayakan Valentine atau tidak, yang perlu kita lakukan adalah menghormati keputusan orang lain. Biarlah mereka mengungkapkan kasih sayang, dan biarkan diri kita mencurahkan segala kasih kepada semua. (Abu Rifai: Penulis lepas, CEO nesatopia.com mahasiswa Sastra Inggris Unnes)
Tulisan ini dimuat di buletin At-Tatsqif edisi khusus 14 Februari 2019.