Situs Resmi Yayasan Salafiyah Kajen

KISAH PERJALANAN PENULISAN BIOGRAFI KH. BAEDLOWIE SIRODJ SANG KYAI FUTURISTIK

14572585_1210335175691110_1630462369_o

“ Menulis biografi seorang tokoh baik itu yang masih hidup ataupun sudah meninggal dunia bisa dikatakan aktivitas yang mulia, sebab apapun alasanya karya itu merupakan suatu bentuk penghargaan dan rasa cinta kasih terhadap sang tokoh.” Demikian kutipan kata bijak dari sebuah staus di media sosial oleh guru saya, Bapak Arif Sutoyo yang lebih dikenal dengan sebutan Arif Khilwa. Dalam benak itulah yang terbesit ketika pertama kali melihat selembar brosur “ Lomba Menulis Biografi Kyai” dalam rangka mengenang 1000 hari wafatnya KH. Sahal Mahfudh di IPMAFA  yang terpasang di papan pengumuman MA. Salafiyah tempat saya sekolah.

Setelah benar-benar meluruskan niat dan tekad, barulah saya meminta rekomendasi kepada guru saya yang sekaligus Pembina teater di Madrasah, Bapak Arif Sutoyo.  Beliaupun memberikan keterangan mengenai lomba tersebut secara detail. Barulah ketika sudah dirasakan mantap, beliau memberikan masukan guna memilih obyek Pendiri Madrasah Salafiyah itu sendiri, yakni KH. Badlowie Sirodj. Dengan alasan bahwasannya masih sedikit yang mengangkat cerita KH. Badloewie Sirodj khususnya mengenai cara berdakwanya di kawasan Kajen Wetan Banon yang dulunya memang terkenal dengan kawasan orang-orang abangan, walau sebenarnya cerita riwayat hidup Mbah Badlowie Sirodj sudah pernah di tulis oleh DR. Zainul Milal Bizawie, akan tetapi kisah belaiu tetap akan menarik dengan sisi yang berbeda.

Dari situ pula, Pak arif memberikan obyek-obyek yang hendak dimintai sumber-sumber referensi selain dari buku DR. Zainul Milal Bizawie, antara lain dari KH. Ubaidillah Wahab, KH. Ulil Albab, maupun dari keturunan KH. Badlowie Sirodj yang lainnya. Dengan bekal beberapa pertanyaan yang saya rasa cukup pas, yakni satu bulan sebelum deadline pengumpulan naskah tanggal 16 september 2016, segeralah saya mengambil gerakan dengan dibantu satu kawan yakni Albab Ibnu Mashud untuk sowan ke beberapa narasumber, salah satunya ke dalem KH. Ubaidillah Wahab.  Alhamdulillah beliau memberi banyak referensi yang terkait kisah hidup mbah Badlowie Sirodj yang belum tertulis beberapa buku yang sudah ada.

Satu pesan dari KH. Ubaidillah Wahab sebelum kami pamit dari dalemnya “ disusun yang benar dan rapi. Ingat, jangan buat sombong!”. Mungkin ini kunci yang diberikan beliau dalam langkah ini, yakni dengan didasari niat yang tulus, ikhlas, telaten, serta yang terpentinga adalah cinta. Yakni rasa cinta kepada sosok yang akan kita angkat ke dalam sebuah biografi itu. Karena kita semua tahu, Mbah Badlowie Sirodj telah wafat, namun hanya jasadnya, selebihnya Ruhnya akan tetap abadi, kekal bersama ilmu-ilmu yang telah diwariskan kepada generasi penerusnya.

Setelah semua referensi saya masukan menjadi sebuah kumpulan diksi yang menyatu dalam sebuah karya tulis. Guna melakukan pengecekan sekaligus bimbingan kepada Ibu Widya Lestari, MM dan Bapak Ir. Farid Helmi, karna menulis biografis adalah pengalaman pertama buat saya. Atas bimbingan kedua guru tentang sistematikan penulisan akhirnya saya mampu menyelesaikan tulisan saya dan bersama rekan-rekan yang lain saya kirimkan ke panitia di IPMAFA.

Setelah menunggu beberapa hari, berita bahagiapun datang dari Ibu Widya Lestari yang telah dihubungi panitia bahwa karya saya dan tiga rekan dari MA. Salafiyah masuk dalam lima belas Besar. Hal ini menambah semangat saya guna memberikan sesuatu yang terbaik untuk diriku sendiri, keluarga dan Madrasah tercinta. Saya bersam ketiga rekan yang lain harus mempersiapkan tulisan dalam power Point untuk presentasi saat lima belas besar. Setelah power point saya buat, kami dibimbing bu Widya untuk presentasi secara bergantian. Bahkan untuk melatih mental kami berempat diajak Pak Arif masuk di dalam kelas anak putri guna mempresentasikan tulisan saya secara bergantian denga teman yang lain. Rasanya memang sangat malu, tetapi dibalik itu dengan menata niat saya bisa presentasi dengan lancar dihadapan mereka. Hal ini sangat membantu sekali saat saya harus presentasi didepan dewan juri. Rasa tidak percaya diri, grogi terasa hilang dan mampu memaparkan sesuai dengan apa yang telah saya siapkan.

Hari jum’at 30 september 2016 merupakan hari yang tidak terlupakan, sebab di hari itu saya harus mempertanggung jawabkan tulisan yang telah saya buat di depan juri. Ketika semua selesai semua terasa lega dan saat diumumkan dan nama saya dipanggil sebagai Juara II penulisan Biografi Kyai se Jawa Tengan, bagaikan mimpi yang menjadi kenyataan. Dari sini saya bisa mengetahui satu sisi dari hakikat cinta. Bila kita mengerjakan sesuatu dengan cinta, kita pun akan menuai hasil itu dengan cinta pula.

 

Penulis :

Addli Muaddib Aminan

Siswa kelas XI IPS MA. Salafiyah Kajen

Pemenang Juara II penulisan Biografi Kyai se Jawa Tengan 2016 dalam rangka mengenang 1000 hari wafatnya KH. Sahal Mahfudh.

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *