KAJEN, Penanaman Pendidikan Politik sejak dini dikalangan remaja saatlah perlu. Hal ini memberi inspirasi bagi Teater Aliyah Salafiyah (TEASA) MA. Salafiyah Kajen Pati. Panggung Teater dijadikan salah satu sebagai media pembelajaran bagi para remaja khusus peserta didik.
Pementasan yang digelar jum’at (16/2) di aula MA. Salafiyah Kajen Pati yang dimulai pukul 13.30 samapi 16.00 WIB mampu menghadirkan suguhan yang menarik dengan judul Lakon MAKELAR karya Arif Khilwa yang menceritakan lika-liku dalam pemilihan kepala daerah dengan begitu apik.
Cerita diawali dengan niat Pak Brojo yang bermaksud mencalonkan diri sebagai kepala daerah. Agar dapat lancar, dirinya berkeinginan untuk mendapatkan dukungan dari Mbah Janggung yakni salah satu tokoh agama yang kharismatik didaerah itu.
Niat itu dilakukan dengan mengutus Bogang untuk melobi melalui murid terdekat Mbah Janggut, yakni Tompel, Kang Jabrik dan Mbah Suro. Dengan besarnya iming-iming materi yang dijanjikan sebagai perantara antara Pak Brojo dan Mbah Janggut membuat ketiganya mulai tergoda.
Berbagai Kesepakatanpun dilakukan tanpa sepengetahuan dari Mbah Janggut. Hal itu dilakukan tentu karena Mbah Janggut tidak mau ikut aktif dalam ranah politik. Karena Mbah Janggut selama ini dikenal sosok yang diterima semua kalangan, tidak hanya karena pengetahuan agamanya namun juga laku hidup yang alim, baik hati, dan penyayang.
Arif Khilwa selaku penulis naskah sekaligus sutradara mengatakan “ Nama Besar Mbah Janggut itulah yang dimanfaatkan oleh Tompel, Jabrik dan Mbah Suro dengan menerima semua pemberian Pak Brojo. Bahkan mereka bertiga mendapatkan pundi-pundi rupiah hingga miliaran.”
Rupanya aksi tidak terpuji ketiga muridnya itupun diketahui Mbah Janggut. Hal itu membuatnya sampai jatuh sakit hingga koma dalam waktu yang lama. Tompel, Jabrik dan Mbah Suro pun dibuat panik jika apa yang mereka lakukan itu nantinya akan didengar oleh murid yang lainnya. Kekhawatiran mereka semakin bertambah lantaran hari pemilihan akan segera tiba.
“Mereka takut sampai hari pemilihan Mbah Janggut belum kunjung sembuh dan masih koma, secara otomatis maksud Pak Brojo untuk mendapatkan dukungan Mbah Janggut tidak tercapai,” imbuhnya
Memikirkan resiko yang akan dihadapi Tompel, Jabrik dan Mbah Suro punmemilih untuk kabur dan pergi jauh bersama keluarga mereka. Merasa ditipu miliaran rupiah dan kalah dalam pemilihan membuat Pak Brojo marah besar. Dia pun mendadak terkena serangan jantung dan meninggal seketika itu juga. “Pentas ini kami gelar dengan tema Satu Panggung Dua Isi dengan menampilkan pembacaan puisi dan pentas teater dengan lakon Makelar,” Ujar pelatih TEASA itu.
Ditambahkanya, pentas tersebut merupakan salah satu program kerja ekstrakulikuler Teater di MA. Salafiyah Kajen dengan tujuan untuk menjaga eksisternsi dan sebagai ajang pengekspresian minat bakat para siswa di bidang teater.
“acara ini juga digunakan untuk mengembangkan dan menyalurkan potensi anak yang beragam. Karena itu, acara ini juga memberi kesempatan bagi anak-anak yang suka membaca puisi karya sensdiri, karya temannya atau penyair ternama.” Tambahnya
Selain para siswa juga ada dewan guru yang ikut andil memeriahkan acara dengan membaca puisi. Acara berjalan dengan lancar dan meriah dengan dihadiri penonton yang memenuhi gedung dengan kapasitas 400-an. (AS/MA. SLF)